Menelusuri Bersama Masa Depan dan Pengaruh Konflik Rusia-Ukraina

Selasa, 1 Maret 2022, telah dilaksanakan sesi diskusi mengenai konflik yang sedang terjadi yaitu Rusia-Ukraina. Acara yang diinisiasi oleh mahasiswa S2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada ini mengundang empat pemateri yang cukup memahami konflik ini dalam perspektifnya masing-masing, yaitu: Aris Munandar (Kaprodi pengkajian Amerika UGM), Hajriyanto Y. Thohari (Dubes RI di Libanon), M. Aji Surya (wakil Dubes RI di Mesir), Arief Hidayat (wakil Dubes RI di Riyadh). Diskusi yang dipandu oleh Al-Ustadz Rudi Chandra, selaku dosen Universitas Darussalam Gontor ini diikuti lebih dari 300 orang yang terdiri dari para akademisi berbagai macam Universitas yang tersebar di Indonesia.

Adanya konflik Rusia-Ukraina ini juga diinisiasi oleh negara Rusia yang merasa bahwa negara tersebut ingin mengembalikan kekuatan yang pernah hilang sebagai negara superpower. Jika ditelaah lebih lanjut, konflik keduanya juga dapat mempengaruhi global komoditi yang ada. seperti Mesir misalnya yang terpengaruhi masalah pangan dan pariwisata akibat konflik Rusia-Ukraina. Karena Mesir menjadi negara pasokan gandum Rusia-Ukraina, dan Rusia-Ukraina juga menjadi dua negara terbanyak dalam mengirimi wisatawan asing ke Mesir.

M. Aji Surya selaku wakil dubes Mesir mengingatkan terdapat dua pelajaran yang perlu diamati sebagai bentuk masa depan Ukraina kedepannya. Yang pertama perang Rusia-Georgia, yang diawali dengan pendesakan status oleh Abkhazia dan Ossetia Selatan terhadap Georgia. Lalu kehadiran pasukan pengawas perdamaian PBB dan penjaga perdamaian negara merdeka persemakmuran di Georgia tidak mampu dalam meredam konflik yang melanda, dan akhirnya perang ini diakhiri dengan kekalahan di pihak Georgia yang dulu merupakan bagian dari Uni Soviet. Yang kedua, terdapat Perang antara Rusia dan gerakan separatisme Chechnya yang ingin memisahkan diri dari negara tersebut yang diawali oleh perkembangan Islam di Chechnya yang kemudian mendapatkan tekanan dari pemerintah Uni Soviet kala itu untuk mendatangkan koloni etnis Rusia yang komunis ditambah larangan terhadap masyarakat Chechnya untuk beribadah secara Islam Tetapi perang ini diakhiri dengan tunduknya wilayah Chechnya terhadap Rusia, karena Chechnya merupakan negara yang strategis dari segi ekonomi dan jika Chechnya memisahkan diri akan merusak tatanan geopolitik Rusia, akhirnya wilayah tersebut tetap menjadi bagian dari negara Rusia hingga sekarang. Disini dapat ditelaah apakah posisi Ukraina akan ‘Georgia’ kan atau di ‘Chechnya’ kan? Hingga sekarang pun masih menjadi perdebatan.

Pesan yang informatif juga diulas oleh Hajriyanto Y Thohari selaku Duta Besar RI di Lebanon. Beliau mengulas apa saja yang menjadi tindakan-tindakan negara di timur tengah dan OKI terhadap konflik Rusia-Ukraina ini. Dimulai dari presiden Suriah yang mendukung kebijakan negara federasi Rusia dan mengatakan ekspansi NATO adalah hak Rusia, hingga negara Turki yang meminta Rusia untuk menghentikan tindakan “illegal” terhadap Ukraina sesegera mungkin.

Di sesi akhir yaitu sesi tanya jawab Arief Hidayat juga menjelaskan, bahwasanya posisi PBB sudah memiliki mekanisme yang sah dalam mempertahankan keamanan global, khususnya bagi konflik Rusia-Ukraina ini, tetapi semua itu tergantung terhadap negara tersebut dalam menjalankan perannya dan emosionalnya. Diakhir beliau menekankan bahwa konflik Rusia-Ukraina ini bukan konflik yang hanya dapat dilihat secara hitam putih saja melainkan butuh penelusuran lebih lanjut dari berbagai macam aspek.

Leave a Reply

Your email address will not be published.