Halo Sobat Dunia…
Mata Kuliah Islamisasi Ilmu Pengetahuan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang diambil mahasiswa/i Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor pada semester 6. Dalam mata kuliah ini para mahasiswa mempelajari tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut beberapa tokoh yang ditentukan oleh dosen. Pada mata kuliah ini, mahasiswa diarahkan untuk melakukan presentasi dan diskusi tentang materi yang telah ditentukan oleh dosen berdasarkan kelompok.
Dalam mata kuliah Islamisasi ilmu pengetahuan ini, kita belajar tentang urgensi, sejarah, definisi dan tokoh, pendekatan, metodologi dan kritik terhadap islamisasi ilmu pengetahuan.
A. Urgensi Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Mengapa Islamisasi Ilmu Pengetahuan penting?
Jawabannya yaitu karena ilmu pengetahuan kontemporer itu problematis. Dikatakan problematis karena Ilmu pengetahuan kontemporer bertentangan dengan konsep atau hakikat ilmu dalam islam, dimana tujuan ilmu dalam Islam yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu pengetahuan kontemporer mayoritas berasal dari peradaban Barat. Peradaban Barat merupakan peradaban yang berdasarkan pengalaman traumatic terhadap agama, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan yang sekuler.
B. Sejarah
Islamisasi Ilmu pengetahuan ternyata sudah terjadi sejak zaman Rasulullah lho teman-teman. Berikut penjelasannya:
1. Periode Klasik
a) Masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
– Pada masa itu, Nabi Muhammad datang dengan al-Qur’an sebagai pedoman mengubah cara pandang masyarakat Arab yang sebelumnya memandang kemuliaan pada suku, berubah menjadi pandangan kemuliaan terletak pada ketakwaan.
– Turun ayat al-Qur’an surat al-‘Alaq yang berisi perintah untuk membaca, menulis, dan menuntut ilmu,[1]
– Lahirnya ashabu sufah yaitu: Abu Hurairah (ahli hadis), Abdullah bin Mas’ud (ahli tafsir), dan Mu’adz bin Jabal (ahli fiqh).
– Pada masa itu juga ijtihad untuk pertama kalinya dilakukan, yaitu pada masa Umar Bin Khattab. Ijtihad menghasilkan tidak diberlakukannya lagi hukum potong tangan terhadap pencuri. Hal ini merupakan salah satu bentuk islamisasi pada masa tersebut.
– Pada masa itu juga terbentuknya dasar pemerintahan demokrasi, dengan system administrasi negara: khalifah sebagai eksekutif, dewan syura sebagai legislative, dan qadhi atau hakim sebagai yudikatif.
b) Masa Bani Umayah
– Pada masa Bani Umayah mulai muncul pemikiran di bidang tafsir, hadis, fiqh, dan ilmu kalam.
– Pada masa Bani Umayah juga muncul beberapa tokoh ahli dalam Bahasa Arab seperti: Al-Khalil bin Ahmad (penulis kamus Bahasa Arab ‘Ayn) dan Sibawaih (peletak dasar ilmu Nahwu).
c) Masa Bani Abasiyah
Pada masa Bani Abasiyah ini, Islam mengalami kejayaan yang cukup signifikan dengan ditandai peristiwa berikut:
– Integrasi Yunani dan peradaban Islam. Dimana Ilmu Yunani diterjemahkan ke Bahasa Arab dan dimodifikasi dengan memasukkan konsep Islam, seperti Al-Farabi menerjemahkan buku karya Plato ke Bahasa Arab yang berjudul Republic membahas tentang Negara dan memodifikasi dengan memasukkan nilai-nilai Islam yang kemudian menjadi Al-Madinah Al-Fadilah.
– Bahasa Arab menjadi Bahasa internasional pada masa Bani Abasiyah.
– Peradaban Islam menjadi pusat Ilmu pengetahuan
– Berdirinya rumah sakit pertama kali pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid.
2. Periode Pertengahan
Pada periode pertengahan ini, peradaban Islam mengalami kemunduran dengan tanda sebagai berikut:
– Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Mongol pada tahun 1258.
– Berakhirnya khilafah Abasiyah
– Pengaruh Islam terhadap Renaissance di Barat
– Kekhalifahan Turki Utsmani lebih focus pada militer dan perluasan wilayah, tidak lagi memperhatikan ilmu pengetahuan.
3. Periode Modern
– Dominasi peradaban Barat atas dunia Timur.
– Imperialism dan Kolonialisasi dunia Islam
– Kejumudan berfikir.
C. Definisi
Definisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut beberapa tokoh, yaitu sebagai berikut:
– Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Al-Attas mendefinisikan islamisasi ilmu sebagai pembebasan akal dan Bahasa manusia dari magis, mitologis, animism, dan sekularisme. Tujuan dari islamisasi ilmu menurut al-Attas adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar dan menyesatkan.
– Ismail Raji Al-Faruqi
Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu diartikan dengan mengislamkan ilmu pengetahuan modern dengan cara Menyusun dan membangun Kembali sains sastra dan sains-sains ilmu pasti yang memberikan dasar dan tujuan yang konsisten dengan Islam.[2]
D. Pendekatan
Ada 5 pendekatan islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan sakralisasi
Pendekatan sakralisasi ini menganggap bahwa ilmu pengetahuan modern merupakan ilmu yang terkontaminasi dan ilmu Islam itu sacral sehingga ilmu islam tidak bisa dicampuri dengan ilmu Barat. Tokoh dari pendekatan ini adalah Syekh Hussein Nasr.
2. Pendekatan instrumentalistik
Kemajuan ilmu barat dengan tekhnologi yang sangat luarbiasa, harus dipelajari dan diambil, sehingga sains merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memajukan agama. Pendekatan ini menganggap bahwa kemajuan teknologi seharusnya dapat menjadi instrumen untuk memajukan agama.
3. Pendekatan integrasi
Pendekatan ini dilakukan melalui menyatukan ilmu barat dan islam, dengan menata ulang ilmu-ilmu barat, dengan memakan waktu yang ama sehingga mendapatkan kembali ilmu yang kembali islam. Tokoh pendekatan ini adalah Ismail Raji Al-Faruqi.
4. Pendekatan paradigma atau epistemology
Pendekatan ini dilakukan dengan mengubah cara pandang manusia dalam memandang ilmu. Tokoh pendekatan ini adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
5. Pendekatan apologetic
Pendekatan ini dilakukan dengan mencocokkan fakta modern dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis.
E. Metodologi
– Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Metodologi islamisasi menurut al-Attas melalui 2 tahapan[3], yaitu:
1. Dengan melakukan pemisahan konsep-konsep kunci yang membentuk kehidupan dan peradaban Barat (dewesternisasi)
2. Memasukkan konsep kunci Islam ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan (infusing)
– Ismail Raji Al-Faruqi
Metodologi Islamisasi menurut Ismail Raji Al-Faruqi melalui 12 tahapan[4], yaitu:
1. Penguasaan disiplin ilmu modern
2. Survei disiplin ilmu
3. Penguasaan khazanah islam ontology
4. Penguasaan khazanah ilmiah Islam
5. Penentuan relevansi Islam
6. Penilaian secara kritis ilmu modern
7. Penilaian kritis ilmu Islam
8. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam
9. Suvei permasalahan yang dihadapi manusia
10. Analisis dan sintesis kreatif
11. Penuangan disiplin modern ke dalam kerangka Islam
12. Penyebarluasan ilmu yang sudah diislamkan
F. Kritik terhadap Islamisasi Ilmu
– Kritik Fazlur Rahman terhadap Islamisasi Ilmu
Rahman menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang murni dan terlepas dari kesalahan. Kesalahan yang terjadi adalah disebabkan oleh penggunanya, bukan ilmunya (value free).[5]
– Kritik Abdul Salam Khorus
Menurut Abdul Salam Khorus, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah hal yang tidak logis dan tidak mungkin. Hal ini disebabkan realitas dan kebenaran keilmuan tidak terletak pada Islami atau tidak Islaminya sebuah ilmu, begitu juga proposisi kebenaran sains.
REFERENCES
Salafudin. (2013). Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Forum Tarbiyah, 200.
Zuhdiyah. (2016). Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi. Tadrib, 1-21.
Novayani, I. (2017). Islamisasi Ilmu Pengetahuan menurut Pandangan Syed M. Naquib al-Attas dan Implikasi Terhadap Lembaga Pendidikan International Institute of Islamic Thought Civilization (ISTAC). jurnal al-Muta’aliyah, 74-89.
Farida, U. (2014). Pemikiran Ismail Raji Al-FAruqi tentang Tauhid, Sains, dan Seni. Fikrah, 207 227.
Taufik, M., & Yasir, M. (2017). Mengkritisi Konsep Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi: Telaan Pemikiran Ziauudin Sardar. Jurnal Ushulluddin, 109-123.